Thursday 15 December 2011

Maafkan Aku Bila Mengeluh


Hari ini, ketika aku makan disebuah warteg. aku melihat seorang remaja tampan dengan rambut sedikit ikal. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan aku sangat ingin memiliki gairah hidup yang sama. Tiba-tiba dia tergopoh-gopoh saat berjalan. Dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika dia lewat, ia tersenyum. Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku.

Dan ketika berjalan menuju kelas dikampusku. Aku melihat seorang lelaki yang berada dilantai bawah. Aku berbicara dan hendak bertanya padanya. Dia tampak begitu gembira, kita ngobrol lumayan lama sambil menunggu kelas sebelumnya keluar. Seandainya aku terlambat kuliah pun, tidak apa-apa. Ketika aku pergi, dia berkata, “Terima kasih. Engkau sudah begitu baik. Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Lihatlah, aku buta.” Aku terkejut, pantas saja aku selalu melihat tatapan kosong saat dia melihat. Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.

Lalu, saat berjalan pulang dari kampus. Aku melihat seorang anak mirip bule dengan bola mata biru. Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain sepak bola. Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak, lalu berkata, “Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak ?” Dia memandang ke depan tanpa bersuara, aku mengulangi pertanyaanku beberapa kali. kemudian ada seorang bocah yang bermain bola datang dan memberitahuku "dia tuli kak". Aku terkaget, begitu tahu dia tidak bisa mendengar. Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.

Dengan dua kaki untuk membawaku ke mana aku mau. Dengan dua mata untuk memandang mentari dan bukit-bukit. Dengan dua telinga untuk mendengar desir angin dan segala bunyi.

Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. *nangis
 
;