Sunday 29 January 2012

Tuhan Pernah Berbisik


Ketika aku kirimkan padamu seorang teman,
Aku tidak memberikan sesorang yang sempurna karena engkaupun tak sempurna.
Aku mempertemukanmu dengan teman-teman yang sama denganmu, sehingga kalian dapat saling mengisi, berbagi dan bertumbuh bersama.

Jika kamu memancing ikan, ketika ikan itu terikat di mata kail, hendaklah angkat dan jagalah ia dengan baik.
Janganlah sesekali kamu lepaskan ia begitu saja.
Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu.
Begitulah juga dalam kehidupan.
Janganlah kamu banyak memberi banyak pengharapan kepada seseorang, bila memang rasa itu tak pernah ada..

Ketika kamu menyukai seseorang dan ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu bisa menjaga hatinya.
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja.
Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat... ..

Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh, tapi cukupkan sebatas apa yang kamu perlukan.
Karena bila sekali ia retak, akan sukar bagimu untuk menjadikannya kembali seperti semula.
Akhirnya kamu akan kecewa dan ia akan dibuang.

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya.
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa.
Anggaplah ia manusia biasa.
Sehingga apabila sekali ia melakukan kesilapan maka akan lebih mudah bagi kamu untuk menerima ketidaksempurnaannya dan memaafkannya.
Berbagilah kasih, berusahalah saling menerima dan peliharalah sifat mudah memaafkan, dengan demikian persahabatan menjadi lebih indah.

Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi yang pasti baik, putih dan sehat untuk dirimu, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba mencari makanan yang lain ?
Begitu juga ketika kamu bertemu dengan seorang yang membawa kebaikan kepada dirimu, menyayangimu, mengasihimu dengan tulus dan sepenuh hati, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba membandingkannya dengan yang lain?

Ingatlah, jangan pernah mengejar kesempurnaan, karena kelak, kamu akan kehilangan yang terbaik yang sudah kau raih dan kamu akan menyesal.

Ya Tuhan, terima kasih bisikan indahmu.
Aku mohon ya Tuhan, ketika aku menyukai seorang teman, tolong ingatkanlah aku bahwa di dunia ini tak akan pernah ada sesuatu yang abadi.
Pada masanya, segala sesuatu itu pasti akan berakhir. Sehingga ketika seseorang meninggalkanku, aku akan tetap kuat dan tegar karena aku bersama Yang Tak Pernah Berakhir, yaitu cinta mu ya Tuhan...

"Mencintai seseorang adalah keharusan, Dicintai seseorang adalah kebahagiaan, Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya."
Read More
Saturday 28 January 2012

Lihat Kemunafikan Kita Dan Rubah!!


Ibn Juraij mengatakan : “Ucapan orang munafik selalu berbeda dengan perbuatannya. Apa yang ia sembunyikan selalu berbeda dengan apa yang ia tampakkan".

Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam, bersabda : “Ada empat perkara yagn apabila terkumpul pada diri seseorang, maka ia adalah orang munafik tulen. Dan barangsiapa yang hanya terkumpul salah satu darinya, maka ia telah memiliki tabiat orang munafik sampai ia dapat meninggalkannya. Yaitu, jika ia dipercaya, maka ia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia akan ingkar janji, jika berseteru ia akan berbuat keji”.

setelah datang kepadanya sebuah amanah, maka ia akan berkhianat dan menyalah gunakan amanah tersebut. jika ia berbicara, maka apa yang ada dihati dan didalam mulutnya mengutarakan sesuatu yang berbeda. kemudian setiap ucapan dari butir-butir janjinya hanyalah ucapan belaka, tidak pernah mekmanai apa yang ia katakan, hilang setelah berucap, maka setelah itu janjinya akan mereka taruh dipungung-pungung mereka, tidak pernah menyesali perkataan mana yang tidak konsekuen dari dirinya sendiri. jika dalam keadaan marah dan berseteru, ia selalu mengunakan cara keji untuk menghentikan langkah orang lain.

Posisi mereka yang kontroversi ini, tak mungkinlah menyatukan dua warna yang bertolak-belakang. Jika warna putih disatukan dengan warna hitam maka namanya tidak lagi warna putih ataupun warna hitam, dia menjadi nama warna sendiri yakni abu-abu. Sehingga kondisi mereka, di pagi hari berada dalam golongan muslim sedangkan di petang harinya menjadi sahabat golongan kafir. Begitu pula sebaliknya, di petang hari bersikap suatu keadaan sedangkan di pagi harinya dalam sikap suatu keadaan lain. Jadi, mereka tak berpendirian, tidak punya pegangan, plin-plan, tulalit, bimbang, dan ragu-ragu. Bagaikan perahu yang terombang-ambing ditiup angin yang sangat kencang, dan hanya bersikap mengikuti arah angin. Terombang-ambing dalam kemunafikannya.

semoga kita terhindarkan dari sifat munafik, amin...
Read More

Ketika Uang Bertemu Ilmu


Uang memang menjadi sesuatu kebutuhan primer didunia ini, dengan uang jugalah manusia membeli semua macam materi kehidupan yang di inginkan. Hampir semua manusia membutuhkan uang, dari orang miskin yang membutuhkan kedermawanan seseorang untuk memberinya sedikit uang agar bisa makan, seorang kepala rumah tangga yang membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan uang sebagai bentuk nafkah (biaya kehidupan) untuk istri dan anak-anaknya, sampai ke seorang konglomerat sekalipun yang masih menginginkan pelebaran bentuk usaha untuk menambah pundi-pundi harta yang telah ia punya.

Sedangkan ilmu, (sebagaimana jaman rasul ilmu primer adalah agama, karna rasulpun tidak pernah belajar sains ataupun ilmu kesehatan, akuntansi, dll) bisa mengajarkan kita cara mencari rizki yang halal dan mensyukuri berapapun banyak harta yang kita miliki, mengajarkan kita mencari nafkah halalan toyiban, membimbing kita agar adil terhadap harta yang kita miliki dengan cara berzakat dan bersodaqoh sesuai kemampuan masing-masing, membukakan mata hati kita agar senantiasa berbagi kepada yang kurang mampu atau yang membutuhkan.

Tapi bukalah mata hati anda dalam-dalam sebelum membaca kalimat dibawah ini, helai nafas panjang, buka fikiran, bersiaplah untuk membaca dengan hati kalian.

Dengan uang manusia bisa membeli baju mewah, tapi tidak bisa membeli akhlak mulia.
Dengan uang manusia bisa membeli banyak al-quran tidak bisa membeli pahala.
Dengan uang manusia bisa mendirikan tempat ibadah tapi tidak bisa membeli syurga yang kekal.


Tapi dengan ilmu??? Kebalikannya


Manusia berakhlak mulia belum tentu mengingikan baju mewah dan megah, cukup dengan sesuatu yang sederhana. Manusia berilmu bisa mendapat pahala dari ilmu yang ia amalkan dan ia ajarkan meskipun belum tentu bisa membangun rumah ibadah. Dengan mempelajari alquran manusia tau kemana arah hidup yang akan ia tuju sehingga ia mendapat tuntunan dari allah azza wajalla untuk berjalan menuju surga.

Manusia harus menjaga harta mereka agar tidak berkurang akan tetapi sebaliknya ilmu menjaga manusia agar selalu berada dalam jalan yang benar.

Harusnya manusia tidak perlu bingung memikirkan harta yang mereka punya selama mereka masi berilmu, mereka hanya perlu berusaha dan mensyukuri apa yang ada pada dirinya sekarang. kadang harta yang berlebih membuat manusia semakin tamak, ingin menguasai aliran harta didunia, melupakan ibadah yang seharusnya mereka lakukan karena sibuk akan dunia kerja mereka. akan tetapi beda dengan ilmu, semakin manusia mempunyai banyak ilmu maka manusia itu semakin tunduk dan patuh akan aturan allah azza wajalla. mereka menyadari rejeki itu datangnya dari allah dan hilangpun atas kehendak allah.

Menyesal karena kalian tidak lahir dikeluarga yang kaya raya??? tidak perlu!!! kalian harusnya menyesal ketika kalian terlahir sebagai orang yang kaya akan harta, tapi miskin akan ilmu. kalian harusnya menyesal ketika kalian bisa mengeluarkan uang untuk membeli baju setiap minggu tapi tidak sepeserpun keluar untuk sedekah. kalian seharusnya menyesal ketika kalian tidur dikasur yang empuk, tapi hati kalian selalu gelisah karena lupa kepada tuhan. kalian harusnya menyesal ketika kalian bisa mengunakan uang untuk mencari ilmu tapi kalian hanya mengunakannya untuk kesenangan. kalian harusnya menyesal ketika kalian bisa dengan mudah berbuat baik dengan mengunakan uang, tapi kalian hanya menaburkan dosa atas uang yang kalian miliki. dan kalian harusnya menyesal ketika uang yang anda punya bukan menjadi sesuatu yang bisa membawa kedalam ridho allah tapi malah membawa kalian kedalam lembah kenistaan.

semoga tuhan memberikan uang yang berkah dan ilmu yang barokah untuk kehidupan kita.
Read More
Wednesday 25 January 2012

Bahaya Durhaka Kepada Orang Tua


Begitu dahsyatnya azab akibat durhaka kepada orang tua, Allah swt tidak menundanya di akhirat, tetapi azab itu disegerakan di dunia berupa kesengsaraan hidup selain azab itu ditimpakan pada saat sakratul maut dan juga di akhirat kelak. Durhaka tidak hanya terjadi di saat orang tua masih hidup tetapi juga bisa terjadi ketika orang tua telah wafat. Bagaimana seorang anak bisa durhaka kepada orang tua setelah mereka wafat? Mari kita simak sabda Nabi saw!

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya ada orang yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tetapi ia dicatat sebagai anak yang durhaka kepada mereka, karena ia tidak memohonkan ampunan untuk mereka setelah wafat. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tapi ia dicatat sebagai anak yang berbakti kepada mereka setelah mereka wafat, karena memperbanyak istighfar (memohonkan ampunan) untuk mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 2: 112)

Tolok Ukur durhaka kepada orang tua

Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).

Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: Apa ukuran durhaka kepada orang tua?

Rasulullah saw menjawab: “Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 195)

Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Wasail 21: 389; Al-Faqîh 4: 371)

Tingkatan Dosa durhaka kepada orang tua

Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…” (Al-Mustadrak 17: 416)

Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360)

Rasulullah saw bersabda: “…Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)

Akibat-akibat durhaka kepada orang tua

Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat-akibat durhaka kepara orang tua antara lain:

1. Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri­dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).

2. Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi 2: 447)

3. Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan, dalam firman-Nya, anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)

4. Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)

5. Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)

6. Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).

7. Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349).

8. Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama­ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).

9. Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262).

10. Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)

11. Penderitaan saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:

Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.

Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: 'Apakah pemuda ini masih punya ibu?'

Sang ibu menjawab: 'Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.'

Rasulullah saw bertanya lagi: 'Apakah Anda murka padanya?'

Sang ibu menjawab: 'Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.'

Rasulullah saw bersabda: 'Ridhai dia!'

Sang ibu berkata: 'Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.'

Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.

Rasulullah saw bertanya pemuda itu: 'Apa yang kamu lihat tadi?'

Sang pemuda menjawab: 'Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.'

Lalu Nabi saw membimbingnya untuk mengucapkan doa:
'Yâ May yaqbilul yasîr wa ya’fû ‘anil katsîr, iqbal minnil yasîr wa’fu ‘annil katsîr, innaka Antal Ghafûrur Rahîm.'
('Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.' 1)

Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.

Nabi saw bertanya lagi: 'Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?'

Sang pemuda menjawab: 'Sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku.'

Nabi saw bersabda: 'Perhatikan lagi!' Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: 'Sekarang apa yang kamu lihat?'

Sang pemuda menjawab: 'Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku.' (Bihârul Anwâr 75: 456).
Read More

Tugu Tani


Ayah
terimakasih telah mengajakku ke Monas
aku belum pernah lihat Monas
senang sekali hatiku diajak ayah melihat Monas

Pagi itu aku digendong ibu
kita jalan bersama ayah, nenek dan bibi
pagi yang indah
cuaca pun cerah
kita berjalan bersama menuju Monas

Kita semua bahagia
jarang sekali kita bisa jalan-jalan seperti ini
ayah sibuk mencari nafkah
aku sudah lama rindu ayah

Ayah
tiba-tiba kita lihat mobil hitam itu
melayang dari depan
menggelinding menimpa kakak-kakak itu
lalu menimpa kita semua
aku pun terpental
terlepas dari pelukan ibu

Ayah
maafkan aku mendahuluimu
aku masih sangat ingin bersamamu
ingin bermain denganmu
ingin berlama-lama dalam pelukanmu
tapi Allah lebih menyayangiku
Allah menginginkanku pulang...

Ayah
terimakasih sudah berusaha keras menyelamatkanku
terimakasih sudah mencoba memberiku minum
terimakasih sudah memelukku dan menciumku
aku sayang ayah sampai kapanpun

Ayah
kita akan berjumpa kembali di alam yang jauh lebih baik daripada alam dunia
Read More
Monday 23 January 2012

Kenapa Mereka Dicela


Cerita ini saya dapatkan ketika sedang liburan kejogja beberapa waktu lalu, singkat cerita kejadian ini terjadi saat kita sedang berada dibenteng van den burg. kebetulan saat itu saya bersama dengan saudara wanita saya bertemu gerombolan ninja (orang-orang berjilbab besar dan memakai cadar). ada sekitar 6 orang wanita yang berpakaian ninja, nampaknya seumuran dengan saya. bukan apa-apa, tapi setiap melihat wanita berpakaian seperti itu saya merasa senang. mereka adalah contoh wanita yang benar-benar ingin menjaga aurat. jilbab besar, pake rok besar, mereka tidak mengunakan pakaian yang ketat sedikitpun, mereka juga menjaga lekuk tubuhnya yang memang tidak bisa terlihat(menghindari wanita berpakaian tapi telanjang). ya, mereka spesial.

Spesial karena mereka menghindari hadist ini :
“ada 2 golongan ahli neraka belum pernah dilihat , pertama kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk mencambuk manusia. Kedua, kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang yaitu yang berjalan berlenggak lenggok, kepala mereka bagaikan punuk unta. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium bau Surga, padahal bau Surga bisa dicium dari jarak yang sangat jauh ” [Shahih Muslim]

Kembali ketopik, setelah jalan-jalan. akhirnya saya dipertemukan dengan wanita-wanita ninja tersebut ditoko kerajinan didalam benteng. ada dari mereka yang melepaskan cadar, wow, tidak sengaja ternyata salah satu dari mereka adalah teman saya dikampus, teman sebidang kajian tepatnya. fulanah ini keluar dari kampus disemester 3 karena masuk kepondok pesantren. sedikit ngobrol untuk bertegur sapa dan bertukar kabar. kemudian saya pergi dahulu untuk sholat asyar...

Selesai sholat, eeh, ketemu lagi dengan gerombolan ninja. fulanah dan teman-temannya itu ingin wudlu tapi karena tempat wudlunya terbuka. 2 orang wudlu 4 orang menjadi pagar agar tidak ada lelaki yang lewat dan melihat aurat mereka. ternyata ada seorang lelaki hendak berwudlu, dan bingung kenapa ada wanita berpakaian ninja ada ditempat wudlu. kemudia saya berkata "sabar mas, masih dipake. antri disini dulu, duduk disebelah saya". lelaki itu tidak mau dan menerobos ingin berwudlu, fulanah dan teman-temannya teriak histeris "stop mas, masih dipakai berwudlu. jangan diterabas mas". lelaki itu tidak menghiraukan dan tetap menerobos, akhirnya ada 2 diantara mereka yang tidak jadi berwudlu dan mengucapkan "astagfirullah untung jilbabnya udah tak pakai".

Beberapa menit kemudian munculah lelaki itu setelah selesai berwudlu dan mengajak ngobrol saya. dia berujar "pakaian orang islam macam apa itu??? ini indonesia BUKAN IRAK, IRAN, ATAU ARAB. ditimur tengah dipakai juga karena disana banyak debu dari padang pasir. itu pakaian budaya bukan pakaian agama. pantas gag mas di indonesia seperti itu???". memakai logat sunda, nampaknya bukan orang jawa asli. kemudian saya menjawab "kenapa tidak mas??? mereka hanya ingin taat kepada allah. dan tidak menganggu kehidupan mas kan???". kemudian diam dan pergi solat.

Sama halnya ketika saya mengikuti kajian beberapa hari bersama Jamaah tablig, hal yang biasa bila 30menit sebelum adzan berkumandang kita menyisir perkampungan dan mengajak penduduk yang menganggur untuk menghadiri sholat berjamaah dimasjid. tanpa memaksa mereka hanya dengan memberi nasehat "pak, kemasjid yaa. sholat jama'ah nanti abis magrib ada kajiannya juga" ada salah satu dari mereka yang berkata "Laa Ikrahafiddin, jangan pernah memaksa untuk beragama. kita punya cara beribadah masing-masing". kita hanya menasehati pada kebaikan pak. tanpa panjang lebar kita tinggalkan orang tua ini...

Aneh ya ketika seseorang memandang kebaikan itu dengan sebelah mata. mengatakan SALAH atau SOK keteka ada orang lain lebih taat dalam beragama. mengatakan tidak setuju ketika yang diterima (ajaran agama) bukan dari orang yang disukai dan selalu tersingung ketika dinasehati, parahnya malah si penasehat ini dicaci maki dan dicari-cari kekurangannya. padahal orang yang taat itu orang yang dicintai allah lho, kenapa harus kita cela??? padahal orang yang menasehati kita itu orang yang sayang sama kita lhoo, kenapa harus kita caci??? bayangkan bila didunia ini tidak ada orang taat atau berusaha taat. mungkin akan terjadi kiamat. bayangkan juga bila didunia ini tidak ada orang yang menasehati, mengajarkan agama kepada kita??? dunia ini akan kekurangan orang baik dan orang baik akan menjadi langka. Rasulullah bersabda "Orang yg memberi petunjuk kpda kebaikan sama pahalanya seperti orang yg melakukannya" (HR. Bukhari)

Syahadat kita sama
Wudhu kita sama
Shalat kita sama
Sama-sama lepas sandal sepatu ketika masuk masjid
Sama-sama makmum kepada imam ketika kita shalat

Tapi kenapa keindahan itu hanya ada didalam masjid saja..... ??
Diluar kita enggan merendahkan hati
Diluar kita memilah milih dan tebang pilih dalam menerima nasehat
Apa keuntungannya jika dalam masjid kita makmum kepada imam..
Dan dikehidupan ini kita makmum dan menghambakan diri kepada Allah Azza Wajalla maka perlakukanlah dengan sebaik- baik perlakuan karena mereka juga saudara kita
jaga akhlak dalam masjid penting
tapi jaga akhlak diluar pun juga sama pentingnya.

jagalah akhlak sebagaimana yang diwasiatkan Rasulullah SAW untuk kita : Dari Abu Hurairah, yaitu Abdur Rahman bin Shakhr r.a.Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu tidak melihat kepada tubuh-tubuhmu, tidak pula kepada bentuk rupamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hatimu sekalian''.
(Riwayat Muslim)

Jagalah akhlak karena akhlakmu kelak akan menjagamu menjadi penyelamatmu dikehidupan akhirat yang kekal kelak.
Read More

Dzikir Pagi dan Petang


DZIKIR PAGI

أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”



أَلله لآ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لآ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلآ نَوْمٌ لَّـهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي أْلأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بـِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلآ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَأْْلأَرْضَ وَلآ يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
“Allahu laa ilaaha illa huwa l-Hayyu l-Qoyyuum(u) laa ta’khu-dzuhu sinatun(w) walaa naum(un) lahu maa fii s-samaawaati wa maa fii l-ardh(i) man zaa l-ladzii yasyfa-‘u ‘indahu illa bi-idznih(i) ya’lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum walaa yuhi-thuuna bi-syai-‘in(m) min ‘ilmihi illa bimaa syaa-‘a wa si-‘a kursiyyuhu s-samaawaati wa l-ardh(a) walaa ya-‘uuduhu hif-zhuhumaa wa huwa l-‘aliyyu l-‘a-zhiimi.” (Dibaca pagi dan sore 1x) (Dibaca setiap selesai sholat 1x)



"Allah tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) me­lainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang (berada) dihadapan mereka, dan dibelakang mereka dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari Ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” (Al-Baqarah: 255)



“Siapa membaca kalimat ini ketika pagi hari, maka ia dijaga dari jin hingga petang. Dan siapa mengucapkannya ketika petang, maka ia dijaga dari jin hingga pagi” (H.R. Hakim, disahihkan Al-Albani)



“Barang siapa membacanya setiap selesai sholat, maka tidak ada yang dapat mencegahnya untuk masuk syurga kecuali kematian (maksudnya, seharusnya ia sudah masuk syurga, tetapi karena ia masih hidup maka ia tidak bisa masuk syurga, karena syurga itu nanti setelah seorang hamba meninggal)” (H.R. an-Nasa-‘i dan Ibnu Sunni)





قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ. أَلله الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لََّـهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Qul huwallaahu ahad(un). Allaahu sh-shomad(u). Lam yalid walam yuulad. Walam yakun(l) lahu kufuwan ahad(un).” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Mahaesa. Allah adalah (Robb) yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diper­anakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al-Ikhlash: 1-4)





قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّـفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Qul a’uudzu birobbi l-falaq(i). Min syarri maa kholaq(o). Wa min syarri ghoosiqin i-dzaa waqob(a). Wa min syarri n-naffaa-tsaati fii l-‘uqod(i). Wa min syarri haasidin i-dzaa hasad(a).”

(Dibaca pagi dan sore 3x)



“Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb Yang menguasai (waktu) Shubuh dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Serta dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS. Al-Falaq: 1-5)





قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَـهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. أَلَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Qul a-‘uudzu birobbi n-naas(i). Maliki n-naas(i). ilaahi n-naas(i). Min syarri l-waswaasi l-khonnaas(i). Alla-dzii yuwaswisu fii shuduuri n-naas(i). Mina l-jinnati wa n-naas(i).” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan (Ilah) manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisik­kan (kejahatan) ke dalam dada-dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.” (QS. An-Naas: 1-6)



“Barang siapa membaca tiga surat tersebut (al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas) tiga kali setiap pagi dan petang hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu” (H.R. Abu Daud II/86 dan an-Nasa-‘i III/68. Lihat pula Shahih at-Tirmizi II/8)





Ketika pagi, Rasulullah صلي الله عليه وسلم membaca:

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لآ شَرِيْكَ لَـهُ، لَـهُ الْمُلْكُ وَلَـهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ



“Ashbahnaa wa ashbaha l-mulku lillah(i), wa l-hamdu lillah(i), laa ilaaha illallaah(u) wahdahu laa syariika lah(u), lahu l-mulku wa lahu l-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-‘in qodiir(u). Robbi as-‘aluka khoiro maa fii ha-dzaa l-yaum(i) wa khoiro maa ba’dahu, wa a-‘uudzu bika min syarri maa fii ha-dzaa l-yaum(i) wa syarri maa ba’dahu, robbi a-‘uudzu bika mina l-kasali wa suu-‘i l-kibar(i), robbi a-‘uudzu bika min ‘adzaabin fii n-naar wa ‘adzaabin fii l-qobr(i).” (Dibaca pagi 1x)



“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji hanya milik Allah. Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Robb, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Robb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Robb, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di Neraka dan siksaan di kubur.” (H.R. Muslim IV/2088)





Ketika pagi, Rasulullah صلي الله عليه وسلم membaca:



أَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
“Allahumma bika ashbahnaa, wa bika amsainaa, wa bika nahyaa, wa bika namuut(u) wa ilaika n-nusyuur.” (Dibaca pagi 1x)



“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore. Dengan rahmat dan kehendak-Mu kami hidup dan dengan rahmat dan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk).” (H.R. at-Tirmizi V/466, lihat juga Sahih at-Tirmizi III/142)

Membaca SAYYIDUL ISTIGHFAR



أَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لآ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
“Allahumma anta robbii laa ilaaha illa Anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduk(a), wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’-dika maa s-ta-tho’tu, a-‘uudzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-‘u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-‘u bi zan(m)bi faagh-firlii fainnahu laa yaghfiru dz-dzunuuba illa Anta.” (Dibaca pagi dan sore 1x)



“Ya Allah, Engkau adalah Robb-ku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau, Engkau-lah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjian­ku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung ke­pada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat me­ngampuni dosa kecuali Engkau.”



“Barang siapa membacanya dengan yakin ketika petang hari, lalu ia meninggal dunia pada malam itu, maka ia masuk syurga, dan demikian juga ketika pagi hari” (H.R. Bukhari VII/150)





أَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، أَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، أَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Allahumma ‘aafinii fii badanii, Allahumma ‘aafinii fii sam-‘ii, Allahumma ‘aafinii fii ba-shorii, laa ilaaha illa Anta, Allahumma innii a-‘uudzu bika mina l-kufri wa l-faqr(i), wa a-‘uudzu bika min ‘adzaabi l-qobr(i), laa ilaaha illa Anta.” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Ya Allah, selamatkanlah tubuhku (dari penyakit dan dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau.” (H.R. Abu Daud IV/324, Ahmad V/42, an-Nasa-‘i dalam ‘Amalul Yaum wa Lailah 22/146, Ibnu Sunni 69 dan Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz menyatakan sanad hadits tersebut hasan. Lihat juga Tuhfaul Akhyaar 26)





أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ. أَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
“Allahumma innii as-‘aluka l-‘afwa wa l-‘aafiyati(h) fii d-dunyaa wa l-aakhiroti(h), Allahumma innii as-‘aluka l-‘afwa wa l-‘aafiyati(h) fii diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maalii. Allahumma h-fazh-nii min(m) baini yadayya, wa min kholfii, wa ‘an(y) yamiinii wa ‘an syimaalii, wa min fauqii, wa a-‘uudzu bi-‘azhomatika an-ughtaala min tahtii.” (Dibaca pagi dan sore 1x)



“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan ke­selamatan dalam agama, dunia, keluarga dan harta­ku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tentramkan-lah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi).” (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah, lihat Sahih Ibnu Majah II/332)





أَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْـتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
“Allahumma ‘aalima l-ghoibi wa sy-syahaadati(h) faathiro s-samaawaati wa l-ardh(i), robba kulli syai-‘in(w) wa maliikah(u), asy-hadu an laa ilaaha illa Anta, a-‘uudzu bika min syarri nafsii, wa min syarri sy-syaithooni wa syirkih(i), wa an-aqtarifa ‘alaa nafsii suu-‘an au ajurruhu ilaa muslim(in).”

(Dibaca pagi dan sore 1x)



“Ya Allah Yang Mahamengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Robb Pencipta langit dan bumi, Robb atas segala sesuatu dan Yang Merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada iIah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau. Aku berlindung ke­pada-Mu dari kejahatan diriku, syaitan dan sekutu­nya, (aku berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan atas diriku atau mendorong seorang muslim kepadanya.” (H.R. at-Tirmizi dan Abu Daud, Lihat Shahih at-Tirmizi III/142)





بِسْمِ اللهِ لآ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلآ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Bismillahi laa ya-dhurru ma-‘a s-mihi syai-‘un fii l-ardh(i) wa laa fii s-samaa-‘i wa huwa s-samii-‘u l-‘aliim(u).” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Dengan Nama Allah yang tidak ada bahaya atas Nama-Nya sesuatu di bumi dan tidak pula dilangit. Dia-lah Yang Mahamendengar dan Mahamengetahui.” (H.R. Abu Daud dan at-Tirmizi, Lihat Shahih Ibnu Majah II/332)



“Barang siapa membaca tiga kali ketika pagi dan petang, tiada sesuatu pun yang membahayakan dirinya” (H.R. Abu Daud, at-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ahmad, Menurut Ibnu Baaz isnadnya hasan)





رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلآمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
“Ro-dhiitu billahi robbaa(n), wa bi l-islaami diinaa(n), wa bi muhammadin shollallahu ‘alaihi wa sallama nabiyyaa(n).” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Aku rela (ridho) Allah sebagai Robb-ku (untuk­ku dan orang lain), Islam sebagai agamaku dan Muhammad صلي الله عليه وسلم sebagai Nabiku (yang diutus oleh Allah).”



“Barang siapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan petang hari, maka hak Allah memberikan keridhoan-Nya kepadanya pada hari Kiamat” (H.R. Ahmad IV/337, an-Nasa-‘i dalam ‘Amalul Yaum wa Lailah 4, Ibnu Sunni 68, Abu Daud IV/418, at-Tirmizi V/465, dan Syaikh Ibnu Baaz berpendapat hadis tersebut hasan)





يَـا حَيُّ يَـا قَـيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلآ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
“Yaa Hayyu yaa Qoyyuum(u) bi rohmatika astaghiits(u), ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘aiin(in).” (Dibaca pagi dan sore 1x)



“Wahai Robb Yang Mahahidup, Wahai Robb Yang berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku meski sekejap mata sekali pun (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (H.R. Hakim menurut pendapatnya hadits tersebut shahih dan imam adz-Dzahabi menyetujuinya I/545)





Dan ketika pagi, Rasulullah صلي الله عليه وسلم membaca:



أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلآمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلآصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Ashbahnaa ‘alaa fith-roti l-islaam(i) wa ‘alaa kalimati l-ikh-laash(i), wa ‘alaa diini nabiyyinaa muhammadin shollallahu ‘alaihi wa sallam(a), wa ‘alaa millati abiinaa ibroohiim(a), haniifaan(m) muslima(an/w) wa maa kaana mina l-musyrikiin(a).” (Dibaca pagi 1x)



“Di waktu pagi kami berada di atas fitrah agama Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kami Muham­mad صلي الله عليه وسلم dan agama ayah kami, Ibrahim, yang ber­diri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak ter­golong orang-orang musyrik.” (H.R. Ahmad III/406-407, V/123, Sahihul Jami’ IV/290. Ibnu Sunni juga meriwayatkannya di ‘Amalul Yaum wal Lailah 34)





لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لآ شَرِيْكَ لَـهُ، لَـهُ الْمُلْكُ وَلَـهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
“Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah(u), lahu l-mulku wa lahu l-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-‘in qodiir(u),” (Di­baca setiap hari 100x atau 10x atau cukup 1x)



“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”



“Barang siapa membacanya sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya (pahala) seperti memerdekakan sepuluh budak, ditulis seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, baginya perlindungan dari syaitan pada hari itu hingga petang hari. Tidaklah seseorang itu dapat mendatangkan yang lebih baik dari apa yang dibawanya kecuali ia melakukan lebih baik lagi dari itu.” (H.R. Bukhari IV/95 dan Muslim IV/2071)



“Dibaca sepuluh kali, atau cukup sekali dalam keadaan malas” (H.R. Abu Daud IV/319, Ibnu Majah dan Ahmad IV/60)





­

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
“Sub-haanallahi wa bihamdih(i), ‘adada kolqih(i), wa ri-dhoo nafsih(i), wa zinata ‘arsyih(i) wa midaada kalimaatih(i).” (Dibaca pagi 3x)



“Mahasuci Allah, aku memuji-Nya sebanyak bi­langan makhluk-Nya, Mahasuci Allah sesuai ke-ridhoan-Nya, Mahasuci seberat timbangan ‘Arsy-Nya, dan Mahasuci sebanyak tinta (yang menulis) kalimat-Nya.” (H.R. Muslim IV/2090)





أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Allahumma innii as-‘aluka ‘ilmaan naafi-‘aan, wa rizqoon thoyyibaan, wa ‘amalaan mutaqobbalaa(n).” (Dibaca pagi 1x)



“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amalan yang diterima.” (H.R. Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah 54 dan Ibnu Majah 925, isnadnya hasan menurut ‘Abdul Qadir dan Syu’aib al-Arnauth dalam tahqiq Zaadul Ma’aad II/375)





سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
“Sub-hanaallahi wa bihamdih(i).” (Dibaca pagi dan sore 100x)



“Mahasuci Allah, aku memuji-Nya.” (H.R. Muslim IV/2071)





أَسْتَغْفِرُ الله وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
“Astaghfirullahu wa atuubu ilaih(i).” (Dibaca setiap hari 100x)



“Aku memohon ampunan kepada Allah dan ber­taubat kepada-Nya.” (H.R. Bukhari dengan Fathul Bari XI/101, dan Muslim IV/2075)





أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ وَأُلشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ، وَمَلآئِكَتَكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ، أَنَّكَ أَنْتَ الله لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لآ شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ
“Allahumma innii asbahtu usy-hiduka wa usy-hidu hamalata ‘arsyik(a), wa malaaikataka wa jamii-‘a kholqik(a), annaka Antallaha laa ilaaha illa Anta wahdaka laa syariika lak(a), wa anna Muhammadan ‘abduka wa rosuuluk(a).” (Dibaca pagi hari 4x)



“Ya Allah, sesungguhnya aku di waktu pagi ini mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul ‘Arsy-Mu, malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Engkau semata, tidak ada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (H.R. Abu Daud IV/317, al-Bukhari dalam ‘Adabul Mufrad 1201, an-Nasa-‘i dalam kitab ‘Amalul Yaum wa Lailah IX/138, Ibnu Sunni 70, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz menyatakan bahwa sanad hadits Abu Daud dan an-Nasa-‘i adalah hasan. Lihat juga Tufatul Akhyaar 23)





أَللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ أَوْبِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لآ شَرِيْكَ لَكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ
“Allahumma maa ashbaha bii min ni’mati au bi ahadin(m) min kholqik(a) faminka wahdaka laa syariika lak(a), falaka l-hamdu wa laka sy-syukr(u).”



“Ya Allah, nikmat yang kuterima atau diterima oleh seseorang di antara makhluk-Mu di pagi ini adalah dari-Mu semata, tidak ada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala puji dan kepada-Mu panjatan syukur (dari seluruh makhluk-Mu).” (H.R. Abu Daud IV/318, an-Nasa-‘i dalam kitab ‘Amalul Yaum wa Lailah VII/137, Ibnu Sunni 41/23, Ibnu Hibban dalam Mawaarid 2361, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz menyatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan, lihat Tuhfatul Akhyaar 24)





حَسْبِيَ الله لآ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَـيْهِ تَـوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
“Hasbiyallahu laa ilaaha illa Hu(wa) ‘alaihi tawakaltu wa Huwa robbu l-‘arsyi l-‘azhiim(i).”

(Dibaca pagi dan sore 7x)



“Allahlah yang mencukupi (keperluanku), tiada Tuhan (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Dia, kepada-Nya aku bertawakkal dan Dialah Tuhan yang menguasai ‘Arasy yang agung.”



“Barangsiapa membacanya ketika pagi dan petang hari sebanyak tujuh kali, maka Allah akan mencukupkan baginya dari perkara dunia dan akhirat yang menjadi perhatiannya.” (H. R. Ibnu Sunni marfu’a dan Abu Daud mauquf. Syu’aib dan Abdul Qodir al-Arnauth, isnadnya sahih)





أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ، أَللَّهُمَّ إِنِِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمِ: فَتْحَهُ، وَنَصْرَهُ وَنُوْرَهُ، وَبَرَكَتَهُ، وَهُدَاهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْهِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ
“Ashbahnaa wa ashbaha l-mulku lillahi robbi l-‘alamiin(a), Allahumma innii as-‘aluka khoiro hadzaa l-yaum(i): fat-hahu, wa nashrohu wa nuurohu, wa barokatahu, wa a-‘uudzu bika min syarri maa fiihi wa syarri maa ba’dahu.”



“Kami telah memasuki waktu pagi, sedang kerajaan hanya milik Allah, Robb seluruh alam. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar memperoleh kebaikan, pembuka (rahmat), pertolongan, cahaya, berkah dan petunjuk di hai ini. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan sesudahnya.” (H.R. Abu Daud IV/322, serta Syu’aib dan ‘Abdul Qodir al-Arnauth dalam tahqiq Zaadul Ma’aad II/273)





أَللَّهُمَّ بِكَ أُحَاوِلُ، وَبِكَ أُصَاوِلُ، وَبِكَ أُقَاتِلُ
“Allahumma bika uhaawil(u), wa bika u-shoowil(u), wa bika uqootil(u).”



“Ya Allah, karena Engkau-lah aku berusaha, karena Engkau-lah aku berserah diri, dan karena Engkau-lah aku berperang.” (H.R. Ibnu Sunni)





أَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمِ لآ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبِ لآ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسِ لآ تَشْبَغُ وَمِنْ دَعْوَةُ لآ يَسْتَجَابُ لَهَا, أَللَّهُمَّ أَتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكَّهَا فَأَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلآهَا
“Allahumma innii a-‘uudzubika min ‘ilmi laa yan-fa-‘u wa min qolbi laa yakh-sya-‘u wa min nafsi laa tasy-ba-ghu wa min da’watu laa yastajabu lahaa, Allahumma ati nafsii taqwaahaa wa zakkahaa fa anta khoiru man zakkaahaa Anta waliyyuhaa wa maulaahaa.”



“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan. Ya Allah berikanlah kepadaku jiwa takwa lagi bersih. Sebab hanya Engkaulah yang membersihkan jiwa dan yang menguasai serta yang mengarahkannya.”





أَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُوْ فَلآ تَكِلْنِىْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Allahumma rohmataka arjuu falaa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘a-iin(in), wa ashlihlii sya’nii kullahu, laa ilaaha illa Anta.”



“Ya Allah aku mengharapkan (mendapat) rahmat-Mu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dari-Mu). Perbaikilah seluruh urusanku. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Engkau”. (H.R. Abu Daud, Ahmad, Hasan menurut al-Albani, Sahih Abu Daud)





لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لآ شَرِيْكَ لَـهُ، لَـهُ الْمُلْكُ وَلَـهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، أَللَّهُمَّ لآ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلآ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ, وَلآ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarika lah(u), lahu l-mulku wa lahu l-hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai-‘in qodiir(u), Allahumma laa maani-‘a limaa a’-thoita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa-‘u dzaa l-jaddi minka l-jadd(u).”



“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya dari (adzab)-Mu” (H.R. Al-Bukhari I/255 dan Muslim I/414)





لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لآ شَرِيْكَ لَـهُ، لَـهُ الْمُلْكُ وَلَـهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، لآحَوْلَ وَلآ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لآ إِلَـهَ إِلاّ َلله، وَلآ نَعْبُدُ إِلاّ َإِيَّاهُ، لَـهُ النِّعْمَةُ وَلَـهُ الْفَضْلُ وَلَـهُ الثَّـنَاءُ الْحَسَنُ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
“Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarika lah(u), lahu l-mulku wa lahu l-hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai-‘in qodiir(u), laa haula walaa quwwata illa billah(i), laa ilaaha illallah(u), walaa na’budu illa iyyaah(u), lahu n-ni’matu wa lahu l-fadh-lu wa lahu ts-tsanaa-‘u l-hasan(u), laa ilaaha illallahu mukhli-shiina lahu d-diina wa lau kariha l-kaafiruun(a).”



“Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujian yang baik. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah, dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya.” (H.R. Muslim I/415)





أَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Allahumma a-‘innii ‘alaa dzikrik(a), wa syukrik(a), wa husni ‘ibadatik(a).”



“Ya Allah bantulah aku untuk selalu berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (H.R. Abu Daud, an-Nasa-‘i)





أَللَّهُمَّ صَلُ وَسَلِمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدِ
“Allahumma sholu wa salim ‘alaa nabiyyinaa Muhammad(i).”



“Ya Allah limpahkanlah sholawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad.”



“Barangsiapa sholawat untukku 10 kali pagi dan 10 kali petang, dapat syafaatku hari Kiamat.” (H.R. at-Thabrani melalui dua isnad, keduanya baik, Majma’ az-Zawaid dan Sahih at-Targhib wat Tarhib)





أَسْتَغْفِرُ الله (3) أَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلآمُ, وَمِنْكَ السَّلآمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلآلِ وَاْلإِِاكْرَامِ
“Astaghfirullah(u) (3x) Allahumma Anta s-salaam(u), wa minka s-salaam(u), tabaarokta yaa dzaa l-jalaali wa l-ikroom(i).”



“Aku minta ampun kepada Allah (3x). Ya Allah, Engkau Mahasejahtera, dan dari-Mu kesejahteraan, Mahasuci Engkau, wahai (Robb) Yang memiliki keagungan dan kemuliaan” (H.R. Muslim I/414)





سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالله أَكْبَرُ (33) لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لآ شَرِيْكَ لَـهُ، لَـهُ الْمُلْكُ وَلَـهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
“Sub-haanallah(i) wa l-hamdu lillah(i) wallahu akbar(u) (33x) laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarika lah(u), lahu l-mulku wa lahu l-hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai-‘in qodiir(u).”



“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, dan Allah Mahabesar (33x). Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”



“Barangsiapa membaca kalimat tersebut tiap setelah sholat (fardhu), akan diampuni kesalahannya, sekalipun seperti buih di laut.” (H.R. Muslim I/418)





أَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ أَلَّذِي لآ إِِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ
“Astaghfirullaha l-‘azhiim(a) Al-ladzii laa ilaaha illa Huwa l-hayyu l-qoyyuumu wa atuubu ilaih(i).”



“Aku minta ampun kepada Allah yang Agung, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) me­lainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), dan aku bertaubat.”



“Allah mengampuninya, sekalipun dia pernah lari dari perang.” (H.R. Abu Daud, at-Tirmizi, Hakim, Sahih disepakati oleh az-Zahabi, Sahih menurut al-Albani)





سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
“Sub-haanallah(i) walhamdu lillah(i).”



“Perkataan yang disenangi Allah” (H.R. Muslim)





سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“Sub-haanallahi l-‘azhiimi wa bihamdih(i).”



“Menanam sebatang pohon kurma di syurga” (H.R. at-Tirmizi dan Hakim, disepakati oleh az-Zahabi)





سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ الله الْعَظِيْمِ
“Sub-haanallah(i) wa bihamdih(i), Sub-haanallaha l-‘azhiim(i).”



“Pujian yang ringan di lidah, berat timbangan dan disenangi Allah yang Mahapengasih” (H.R. Bukhari, Muslim)





اَلْحَمْدُللهِ لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله
“Alhamdu lillahi laa ilaaha illallah(u).”



“Doa yang terbaik ialah Alhamdulillah, Zikir yang terbaik ialah Laa ilaaha illallaah.” (H.R. at-Tirmizi, Ibnu Majah, Hakim, az-Zahabi)





لآ حَـوْلَ وَلآ قُوَّةَ إِلاَّبِاللهِ
“Laa haula walaa quwwata illa billah(i).”



“Perbendaharaan syurga” (H.R. Bukhari dalam Fathul Bari dan Muslim)





وَلآ إِلَـهَ إِلاَّ الله، وَالله أَكْبَرُ لآ حَـوْلَ وَلآ قُوَّةَ إِلاَّبِاللهِ
“Walaa ilaaha illallah(u), wallahu akbar(u) laa haula walaa quwwata illa billah(i).”



“Kalimat-kalimat yang baik” (H.R. Ahmad, an-Nasa-‘i, Ibnu Hajar, “Hadits ini sahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim)









DZIKIR PETANG





أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”



أَلله لآ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لآ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلآ نَوْمٌ لَّـهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي أْلأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بـِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلآ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَأْْلأَرْضَ وَلآ يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
“Allahu laa ilaaha illa huwa l-Hayyu l-Qoyyuum(u) laa ta’khu-dzuhu sinatun(w) walaa naum(un) lahu maa fii s-samaawaati wa maa fii l-ardh(i) man zaa l-ladzii yasyfa-‘u ‘indahu illa bi-idznih(i) ya’lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum walaa yuhi-thuuna bi-syai-‘in(m) min ‘ilmihi illa bimaa syaa-‘a wa si-‘a kursiyyuhu s-samaawaati wa l-ardh(a) walaa ya-‘uuduhu hif-zhuhumaa wa huwa l-‘aliyyu l-‘a-zhiimi.” (Dibaca pagi dan sore 1x) (Dibaca setiap selesai sholat 1x)



“Allah tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) me­lainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang (berada) dihadapan mereka, dan dibelakang mereka dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari Ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” (Al-Baqarah: 255)



“Siapa membaca kalimat ini ketika pagi hari, maka ia dijaga dari jin hingga petang. Dan siapa mengucapkannya ketika petang, maka ia dijaga dari jin hingga pagi” (H.R. Hakim, disahihkan Al-Albani)



“Barang siapa membacanya setiap selesai sholat, maka tidak ada yang dapat mencegahnya untuk masuk syurga kecuali kematian (maksudnya, seharusnya ia sudah masuk syurga, tetapi karena ia masih hidup maka ia tidak bisa masuk syurga, karena syurga itu nanti setelah seorang hamba meninggal)” (H.R. an-Nasa-‘i dan Ibnu Sunni)





قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ. أَلله الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَّـهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Qul huwallaahu ahad(un). Allaahu sh-shomad(u). Lam yalid walam yuulad. Walam yakun(l) lahu kufuwan ahad(un).” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Mahaesa. Allah adalah (Robb) yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diper­anakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al-Ikhlash: 1-4)





قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّـفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Qul a’uudzu birobbi l-falaq(i). Min syarri maa kholaq(o). Wa min syarri ghoosiqin i-dzaa waqob(a). Wa min syarri n-naffaa-tsaati fii l-‘uqod(i). Wa min syarri haasidin i-dzaa hasad(a).”

(Dibaca pagi dan sore 3x)



“Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb Yang menguasai (waktu) Shubuh dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Serta dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS. Al-Falaq: 1-5)





قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَـهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Qul a-‘uudzu birobbi n-naas(i). Maliki n-naas(i). ilaahi n-naas(i). Min syarri l-waswaasi l-khonnaas(i). Alla-dzii yuwaswisu fii shuduuri n-naas(i). Mina l-jinnati wa n-naas(i).” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan (Ilah) manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisik­kan (kejahatan) ke dalam dada-dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.” (QS. An-Naas: 1-6)



“Barang siapa membaca tiga surat tersebut (al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas) tiga kali setiap pagi dan petang hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu” (H.R. Abu Daud II/86 dan an-Nasa-‘i III/68. Lihat pula Shahih at-Tirmizi II/8)





Dan ketika sore, Rasulullah صلي الله عليه وسلم membaca:



أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لآ شَرِيْكَ لَـهُ، لَـهُ الْمُلْكُ وَلَـهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ .رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
“Amsainaa wa amsa l-mulku lillah(i), wa l-hamdu lillah(i), laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah(u), lahu l-mulku wa lahu l-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-‘in qodiir(u). Robbi as-‘aluka khoiro maa fii hadzaa l-yaum(i) wa khoiro maa ba’dahu, wa a-‘uudzu bika min syarri maa fii hadzaa l-yaum(i) wa syarri maa ba’dahu, robbi a-‘uudzu bika mina l-kasali wa suu-‘i l-kibar(i), robbi a-‘uudzu bika min ‘adzaabin fii n-naar wa ‘adzaabin fii l-qobr(i).” (Dibaca sore 1x)



“Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji hanya milik Allah. Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Robb, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung ke­pada-Mu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Robb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Robb, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di Neraka dan siksaan di kubur.” (H.R. Muslim IV/2088)





Dan ketika sore, Rasulullah صلي الله عليه وسلم membaca:



أَللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
“Allahumma bika amsainaa, wa bika ashbahnaa, wa bika nahyaa, wa bika namuut(u) wa ilaika l-mashiir(u).” (Dibaca sore 1x)



“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan kehendak-Mu kami hidup dan dengan rahmat dan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).” (H.R. at-Tirmizi V/466, dan lihat Sahih at-Tirmizi III/142)





Membaca SAYYIDUL ISTIGHFAR



أَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لآ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
“Allahumma anta robbii laa ilaaha illa Anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduk(a), wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’-dika maa s-ta-tho’tu, a-‘uudzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-‘u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-‘u bi zan(m)bi faagh-firlii fainnahu laa yaghfiru dz-dzunuuba illa Anta.” (Dibaca pagi dan sore 1x)



“Ya Allah, Engkau adalah Robb-ku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau, Engkau-lah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjian­ku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung ke­pada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat me­ngampuni dosa kecuali Engkau.”



“Barang siapa membacanya dengan yakin ketika petang hari, lalu ia meninggal dunia pada malam itu, maka ia masuk syurga, dan demikian juga ketika pagi hari” (H.R. Bukhari VII/150)





أَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، أَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، أَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Allahumma ‘aafinii fii badanii, Allahumma ‘aafinii fii sam-‘ii, Allahumma ‘aafinii fii ba-shorii, laa ilaaha illa Anta, Allahumma innii a-‘uudzu bika mina l-kufri wa l-faqr(i), wa a-‘uudzu bika min ‘adzaabi l-qobr(i), laa ilaaha illa Anta.” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Ya Allah, selamatkanlah tubuhku (dari penyakit dan dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau.” (H.R. Abu Daud IV/324, Ahmad V/42, an-Nasa-‘i dalam ‘Amalul Yaum wa Lailah 22/146, Ibnu Sunni 69 dan Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz menyatakan sanad hadits tersebut hasan. Lihat juga Tuhfaul Akhyaar 26)





أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ. أَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
“Allahumma innii as-‘aluka l-‘afwa wa l-‘aafiyati(h) fii d-dunyaa wa l-aakhiroti(h), Allahumma innii as-‘aluka l-‘afwa wa l-‘aafiyati(h) fii diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maalii. Allahumma h-fazh-nii min(m) baini yadayya, wa min kholfii, wa ‘an(y) yamiinii wa ‘an syimaalii, wa min fauqii, wa a-‘uudzu bi-‘azhomatika an-ughtaala min tahtii.” (Dibaca pagi dan sore 1x)



“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan ke­selamatan dalam agama, dunia, keluarga dan harta­ku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tentramkan-lah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi).” (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah, lihat Sahih Ibnu Majah II/332)





أَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْـتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
“Allahumma ‘aalima l-ghoibi wa sy-syahaadati(h) faathiro s-samaawaati wa l-ardh(i), robba kulli syai-‘in(w) wa maliikah(u), asy-hadu an laa ilaaha illa Anta, a-‘uudzu bika min syarri nafsii, wa min syarri sy-syaithooni wa syirkih(i), wa an-aqtarifa ‘alaa nafsii suu-‘an au ajurruhu ilaa muslim(in).”

(Dibaca pagi dan sore 1x)



“Ya Allah Yang Mahamengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Robb Pencipta langit dan bumi, Robb atas segala sesuatu dan Yang Merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada iIah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau. Aku berlindung ke­pada-Mu dari kejahatan diriku, syaitan dan sekutu­nya, (aku berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan atas diriku atau mendorong seorang muslim kepadanya.” (H.R. at-Tirmizi dan Abu Daud, Lihat Shahih at-Tirmizi III/142)





بِسْمِ اللهِ لآ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلآ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Bismillahi laa ya-dhurru ma-‘a s-mihi syai-‘un fii l-ardh(i) wa laa fii s-samaa-‘i wa huwa s-samii-‘u l-‘aliim(u).” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Dengan Nama Allah yang tidak ada bahaya atas Nama-Nya sesuatu di bumi dan tidak pula dilangit. Dia-lah Yang Mahamendengar dan Mahamengetahui.” (H.R. Abu Daud dan at-Tirmizi, Lihat Shahih Ibnu Majah II/332)



“Barang siapa membaca tiga kali ketika pagi dan petang, tiada sesuatu pun yang membahayakan dirinya” (H.R. Abu Daud, at-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ahmad, Menurut Ibnu Baaz isnadnya hasan)





رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلآمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
“Ro-dhiitu billahi robbaa(n), wa bi l-islaami diinaa(n), wa bi muhammadin shollallahu ‘alaihi wa sallama nabiyyaa(n).” (Dibaca pagi dan sore 3x)



“Aku rela (ridho) Allah sebagai Robb-ku (untuk­ku dan orang lain), Islam sebagai agamaku dan Muhammad صلي الله عليه وسلم sebagai Nabiku (yang diutus oleh Allah).”



“Barang siapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan petang hari, maka hak Allah memberikan keridhoan-Nya kepadanya pada hari Kiamat” (H.R. Ahmad IV/337, an-Nasa-‘i dalam ‘Amalul Yaum wa Lailah 4, Ibnu Sunni 68, Abu Daud IV/418, at-Tirmizi V/465, dan Syaikh Ibnu Baaz berpendapat hadis tersebut hasan)





يَـا حَيُّ يَـا قَـيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلآ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
“Yaa Hayyu yaa Qoyyuum(u) bi rohmatika astaghiits(u), ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘aiin(in).” (Dibaca pagi dan sore 1x)



“Wahai Robb Yang Mahahidup, Wahai Robb Yang berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku meski sekejap mata sekali pun (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (H.R. Hakim menurut pendapatnya hadits tersebut shahih dan imam adz-Dzahabi menyetujuinya I/545)





Dan ketika sore, Rasulullah صلي الله عليه وسلم membaca:



أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ؛ فَتْحَهَا، وَنَصْرَهَا وَنُوْرَهَا، وَبَرَكَتَهَا، وَهُدَاهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا
“Amsainaa wa amsa l-mulku lillahi robbi l-‘aalamiin(a), Allahumma innii as-‘aluka khoiro hadzihi l-lailati(h), fat-hahaa, wa nashrohaa wa nuurohaa, wa barokatahaa, wa hudaahaa, wa a-‘uudzu bika min syarri maa fiihaa wa syarri maa ba’dahaa.” (Dibaca sore 1x)



“Kami memasuki waktu sore, sedang kerajaan hanya milik Allah, Robb seluruh alam. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar memperoleh kebaikan, pembuka (rahmat), pertolongan, cahaya, berkah dan petunjuk di hari ini. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan sesudahnya.” (H.R. Abu Daud IV/322, serta Syu’aib dan ‘Abdul Qodir al-Arnauth dalam tahqiq Zaadul Ma’aad II/273)





لآ إِلَـهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لآ شَرِيْكَ لَـهُ، لَـهُ الْمُلْكُ وَلَـهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
“Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah(u), lahu l-mulku wa lahu l-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-‘in qodiir(u).” (Di­baca setiap hari 100x atau 10x atau 1x)



“Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”



“Barang siapa membacanya sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya (pahala) seperti memerdekakan sepuluh budak, ditulis seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, baginya perlindungan dari syaitan pada hari itu hingga petang hari. Tidaklah seseorang itu dapat mendatangkan yang lebih baik dari apa yang dibawanya kecuali ia melakukan lebih baik lagi dari itu.” (H.R. Bukhari IV/95 dan Muslim IV/2071)



“Dibaca sepuluh kali, atau cukup sekali dalam keadaan malas” (H.R. Abu Daud IV/319, Ibnu Majah dan Ahmad IV/60)





أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“A-‘uudzu bi kalimaatillahi t-taammaati(h) min syarri maa kholaq(o).” (Dibaca sore 3x)



“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan sesuatu yang diciptakan-Nya.”



“Tidak membahayakan sengatan pada malam itu” (H.R. Ahmad II,290, an-Nasa-‘i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah 590 dan Ibnu Sunni 68. Lihat Shahih at-Tirmizi III/187, Shahih Ibnu Majah II/266 dan Tuhfatul Akhyaar 45)





سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
“Sub-hanaallahu wa bihamdih(i).” (Dibaca pagi dan sore 100x)



“Mahasuci Allah, aku memuji-Nya.”



“Barangsiapa membacanya 100 kali dalam sehari, maka kesalahannya akan dihapus sekalipun seperti buih di lautan” (H.R. Bukhari, Muslim IV/2071)





أَسْتَغْفِرُ الله وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
“Astaghfirullah wa atuubu ilaih(i).” (Dibaca setiap hari 100x)



“Aku memohon ampunan kepada Allah dan ber­taubat kepada-Nya.” (H.R. Bukhari dengan Fathul Bari XI/101, dan Muslim IV/2075)





حَسْبِيَ الله لآ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَـيْهِ تَـوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
“Hasbiyallahu laa ilaaha illa Hu(wa) ‘alaihi tawakaltu wa Huwa robbu l-‘arsyi l-‘azhiim(i).”

(Dibaca pagi dan sore 7x)



“Allahlah yang mencukupi (keperluanku), tiada Tuhan (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Dia, kepada-Nya aku bertawakkal Dialah Tuhan yang menguasai ‘Arasy yang agung.”

“Barangsiapa membacanya ketika pagi dan petang hari sebanyak tujuh kali, maka Allah akan mencukupkan baginya dari perkara dunia dan akhirat yang menjadi perhatiannya.” (H. R. Ibnu Sunni marfu’a dan Abu Daud mauquf. Syu’aib dan Abdul Qodir al-Arnauth, isnadnya sahih)





أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَمْسَيْتُ أُشْهِدُكَ وَأُلشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ، وَمَلآئِكَتَكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ، أَنَّكَ أَنْتَ الله لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لآشَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ
“Allahumma innii amsaitu usy-hiduka wa usyhidu hamalata ‘ursyik(a), wa malaaikataka wa jamii-‘a kholqik(a), annaka Antallahu laa ilaaha illa Anta wahdaka laa syariika lak(a), wa anna Muhammadan ‘abduka wa rosuuluk(a).” (Dibaca sore hari 4x)



“Ya Allah, sesungguhnya aku di waktu sore ini mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul ‘Arsy-Mu, malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Engkau semata, tidak ada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (H.R. Abu Daud IV/317)
Read More
Saturday 21 January 2012

Hidup Yang Tertidur


Untuk dapat menikmati hidup, hal penting yang perlu anda lakukan adalah menjadi sadar. inti kepemimpinan adalah kesadaran, dan inti spiritualitas juga sama yaitu kesadaran. banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan "tertidur". mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak hingga akhirnya meninggal dalam keadaan tertidur.

analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. anda tahu dimana menyimpan uang, juga tahu persis berapa nomor pinnya, andapun menyerahkan uang tersebut kepada orang yang tidak anda kenal. anda tahu, tapi tidak sadar. karena itu, anda bergerak seperti robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang dan harta benda.

pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. anda tahu, bahwa berolah raga penting untuk kesehatan, tapi anda tidak juga melakukannya. anda tahu memperjual belikan jabatan adalah hal salah, tapi anda menikmatinya. anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi anda tak kuat menahan goda (aku banget ini). itulah contoh tahu tapi tidak sadar.

kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. banyak tokoh meninggal begitu saja. mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal saling menuduh, berjuang mencari jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. bayangkan kalo anda sedang menonton bioskop, pertunjukan sedang berlangsung seru tiba-tiba listrik padam. petugas bioskop berkata : "silahkan pulang,pertunjukan sudah selesai". anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. tapi, si petugas hanya berkata tegas "pertunjukan sudah selsai, dan listrik tidak akan pernah hidup kembali"

hidup ini seringkali menipu dan menina-bobok-kan. untuk menjadi bangun kita harus sadar tiga hal,yaitu siapa diri kita, dari mana kita berasal dan kemana kita akan kembali. untuk itu, kita harus sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.

ada sebuah ungkapan menarik dari filosofis perancis, namanya teilhard de chardin, "kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, tapi kita adalah mahkluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi". manusia bukanlah mahkluk bumi, melainkan makhluk langit. kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati bumi. tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. tubuh diperlukan karena sebagai syarat untuk tinggal dibumi. tapi, lama kelamaan tubuh ini akan menurun nilai gunannya dan rusak. pada saat itu jiwa kita akan kembali kepada yang menciptakannya. keadaan ini disebut meninggal dunia, ini bukan berarti mati. yang mati hanya tubuh kita bukan jiwa kita.

coba diresapi dalam-dalam paragraf diatas. badan kita akan mati, tapi jiwa kita akan tetap hidup. kalau anda menyadari hal ini, maka anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. kita memang perlu hidup, perlu makan, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya. bila telah terpenuhi semua kebutuhan tersebut, sudah cukup! buat apa sibuk mengumpulkan kekayaan-apalagi menyalah gunakan jabatan, tapi hasilnya tidak anda nikmati selamanya. apalagi anda telah merusak jiwa anda sendiri dengan berlaku dzalim. padahal, jiwa inilah yang milik kita yang abadi.

lantas apakah kita sendiri yang harus mengalami peristiwa yang pahit itu agar kita sadar??? jawabannya : YA!!!! tapi, jika cara tersebut terlalu mahal, maka cara yang kedua ini bisa anda lakukan. yakni : belajarlah mendengarkan. dengarkan dan belajarlah dari pengalaman orang lain. bukalah mata dan hati anda untuk mengertti, mendengar, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma anda. sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapatan mereka sendiri. bukannya untuk mendapat sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. orang seperti ini berarti masih "tertidur" dan belum sepenuhnya "terbangun". bacalah ini dengan hati yang terbuka, insya allah ada sesuatu yang akan anda rasakan begitu dalam.....
Read More

Botol Acar


Yang ayah wariskan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau kekayaan, tetapi sesuatu yang tak terucapkan yaitu teladan sebagai seorang pria dan seorang ayah (Will Rogers)

Se-tahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

Jika isinya sudah penuh, Ayah menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Ayah di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Ayah memandangku dengan penuh harap. "Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik daripada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil disini takkan bisa menahanmu."

Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Ayah selalu tersenyum bangga. "Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku."

Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Ayah selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Ayah selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. "Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi."

Ayah selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. "Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter," katanya. "Kau pasti bisa kuliah. Ayah jamin."

Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orangtuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping
lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan.

Ayahku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah.

Setelah menikah, kuceritakan kepada susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Ayah padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika ayah diberhentikan dari pabrik tekstil dan Ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, Ayah semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku.

"Kalau kau sudah tamat kuliah," katanya dengan mata berkilat-kilat, "kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau."

Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menangis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Ayah.

"Mungkin popoknya basah," kata susan, lalu di bawanya Jessica ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya.

Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Ayah, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar. "Lihat," katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin.

Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu ke dalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Ayah. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan .. Aku tahu, Ayah juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata. (Buku Chicken Soup for the Parent's Soul)
Read More
Friday 20 January 2012

Seni Bahasa Rumit


memahami seseorang bukan pekerjaan yang mudah, karena kadang seseorang menyembunyikan apa yang ingin mereka katakan sebenarnya dan mengantinya dengan kata sandi yang lebih rumit untuk dipahami. iya, ini cara seseorang untuk memaksa membuat orang lain berfikir tentang apa yang ingin mereka katakan sebenarnya.

hal ini saya beri nama "jangan hanya mencerna apa yang dikatakan tapi pahamilah apa maksud dari perkataan tersebut". kadang fikiran kita terlalu sempit ketika mendengar perkataan yang sedikit menusuk (baca: tegas), kemudian enggan untuk memahami maksud dari perkataan tersebut karena sudah terlanjur sensi. bahkan kadang kita malah tidak tau apa yang dimaksud tapi langsung dengan bergegas naik pitam. ooohh, poor....

misalnya seperti ini, ketika seorang anak yang hampir tiap harinya keluar rumah dalam jangka waktu yang lama. kemudian pamit kepada ibunya.

Anak : ibu, saya pamit keluar dulu yaa...
Ibu : mau kemana nak???
Anak : ada kepentingan sebentar...
Ibu : kok keluar terus nak??? gag kerasan dirumah???
Anak : aah, ibu. aku jenuuuh.. *huhhhh
percakapan itu hanya istilah rumit yang diciptakan sang ibu saat berkata "gag kerasaan dirumah??". karena faktanya dalam hati seorang ibu berkata "nak, aku kangen sama kamu nak. ceritakanlah kegiatanmu seharian kepada ibu". wooww, luar biasa ya??? tapi jawaban anak yang tidak tau bahasa ini akan menjawab seperti diatas. kurang yakin??? tanyakan kepada ibu kalian bila kalian menemui percakapan seperti ini..

juga pada keluarga saat seorang suami pulang kerumah setelah bekerja sampai larut malam. sang istri berbaik hati untuk menunggunya dengan tujuan yang luar biasa.

Istri : ayaah, baru pulang. capek yaaa???
Suami : iyaa bu, lagi banyak tugas dikantor.
Istri : aku buatin teh anget ya yah??? biar enakan...
Suami : gag usah bu, pingin cepat tidur..
Istri : *nekuk muka..
ini juga istilah rumit yang dibuat sang istri, saat istri mengatakan "aku buatin teh anget yaa??" sebenarnya ini bukan kalimat basa-basi. tapi ungkapan hati sang istri adalah "ayaah, aku kangen. ngobrol bentar yuk, aku pingin cerita lagi. besok pagi ayah kan berangkat kerja pagi-pagi". kurang yakin??? tanyakan ke istri jika kalian mempunyainya, klo gag punya ya jangan tanya istri orang.

sama halnya pada saat ada orang pacaran, ketika si cowok pamit malam mingguan untuk nonton bola bareng temen-temennya. kemudian si cewek marah-marah...

cowok : sayang, malam minggu aku mau nonton bola sama si budi dkk.
cewek : kemana???
cowok : ke cafe bola sayang, ada pertandingan seru.
cewek : iya deeh, terserah!!!!! nonton bolaa terussss...
cowok : heehehhee
cewek : ngapain ketawa *judes
istilah rumit yang romantis banget, menurut aku sih. karena saat si cewek berkata "iya deeeh, terserah!!!! nonton bola terusss" sebenarnya didalam hatinya berkata "sayang aku kapan diapelin lagi??? kangen pingin ngobrol bareng" *eaaaa *eaaaaa

yap, ini kata-kata rumit yang harus kita pahami bukan hanya dengan telinga, tapi dengan hati juga. pikiran kita harus terbuka lebar saat ingin mengertikan kata-kata rumit ini, soo, jangan hanya menangkap apa yang terucap tapi tangkap juga apa yang dimaksud. karena keterbukaan kadang kala harus terhenti saat jarak terlampau jauh, maka sering kali orang-orang yang menyayangi kita memilih mengunakan kata-kata yang rumit untuk memaksa kita berfikir apa yang sebenarnya mereka ingin sampaikan kepada kita.
Read More
Thursday 19 January 2012

Apa Itu Dewasa


Dewasa..
kata-kata yang sering kita dengarkan atau kita tulis tapi kita lupa memaknainya. coba klo instan menjawab apa itu dewasa??? kita malah bingung sendiri. kita tidak benar benar tau apa arti dewasa. karena menurut kita dewasa adalah setelah anak-anak dan sebelum tua. hanya sekedar fase alur kehidupan, anak-remaja-dewasa-tua. yaah, maka wajar bila arti kata dewasa kita tidak bisa memaknainya.

Kedewasaan sejati terletak disikap atau attitude, dan bukan pada umur. seringkali kita berpikir, jika usia yang menua merupakan tanda yang mutlak dari sebuah kedewasaan. Tetapi ternyata tidak, Usia bukanlah faktor penentu dari sebuah kedewasaan. bahkan menurut saya dewasa itu bukan termasuk alur hidup yang sebenarnya. karena dari anak menuju remaja dan akhirnya tua. kenapa tua??? karena tidak semua manusia bisa dewasa tepat waktu, ada yang dewasa saat remaja dan ada pulan yang dewasa setelah mempunya 5 orang anak. ada istilah untuk ini "menua itu sebuah kepastian, tapi dewasa itu sebuah pilihan".

menurut saya, dewasa dapat diukur dari, bagaimana seseorang menyikapi suatu masalah dan bagaimana seseorang dapat mengambil pelajaran dari masalah itu. selain itu dewasa dapat dilihat dari cara berpikir seseorang, sikap berjiwa besar dan open mind. dewasa bukan berarti menjadi seorang cowok atau cewek yang gaul, berpakaian trendy, perokok, minum, punya pacar, playboy, playgirl, punya cowok, sombong, tapi tidak mampu menyelesaikan masalah secara objektif dan tidak berjiwa besar.

Ada ungkapan yang menyatakan demikian: “Our attitude is our altitude.” Sifat kita menentukan seberapa tinggi tingkat kedewasaan kita dalam menyikapi hidup. Ketika kita memprioritaskan kepentingan, kesenangan orang lain di atas kepentingan atau kenyamanan kita sendiri, maka kita sudah dewasa. Dan ketika kita mengerjakan semua tugas dan tanggung jawab tanpa adanya pengawasan dari orang lain yang punya kedudukan lebih tinggi dari kita, maka kita sudah bisa mengatakan kalau kita adalah orang dewasa.

yaah, kita bisa disebut dewasa itu saat pola pikir kita sudah terbuka lebar. saat menjalani kehidupan seperti biasa, saat mendapatkan kesenangan, saat mendapatkan penderitaan, saat mendapatkan cobaan. semua dilalui dengan tegar dan positif. itulah kedewasaan kalian.

tapi hati-hati dengan pola fikir masyarakat indonesia, kebanyakan dari mereka mengunakan alur sebagai berikut.
1-12tahun = Anak-anak
12-15tahun = ababil tingkat pemula (sensitif dikit)
15-18tahun = ababil tingkat atas (sensitif tanpa padang bulu)
18-21tahun = ababil hampir pudar (sensitifnya pake logika)
21-25tahun = ababil semi dewasa (sensitif-gag-sensitif terserah)
25-akhirhidup = terserah mau dewasa apa langsung tua, pilih sendiri.
hahahahaha, iyaa itu yang saya dapet dari penelitian dari sebagian teman saya. semoga kita cepat dewasa ya, karena saya juga masih belum matang untuk dewasa. ehheeeemmmm, saya masih remaja. hahahahahaha

"buat remaja yang sedang nganggur, jangan fesbukan mulu dong. buat karya atau sibukan diri dengan hobby atau hal positif lainnya. itu yang akan sedikit membantu kita menuju kedewasaan"
Read More
Wednesday 18 January 2012

Kulakukan Semua Untukmu (Nadila Cover)


Hanya denganmu aku berbagi
Hanya dirimu paling mengerti
Kegelisahan dalam hatiku
Yang selama ini tak menentu

Tak ada ragu dalam hatiku
Pastikan aku jadi cintamu
Seiring waktu yang tlah berlalu
Mungkin kau yang terakhir untukku

Akan kulakukan semua untukmu
Akan kuberikan seluruh cintaku
Janganlah engkau berubah
Dalam menyayangi dan memahamiku

Pegang tanganku, genggam jariku
Rasakan semua hangat diriku
Mengalir tulus untuk cintamu
Tak ada yg lain di hatiku

Inilah cintaku, kuberikan untukmu
Setulus hatiku kuberikan untukmu

donwload lagunya Disini yaaa
Read More

Kebahagiaan Itu Milik Kita


Dalam sebuah kesempatan steven covey (penulis buku seven habbit), mengankat sebuah gelas air dan bertanya kepada siswanya, "seberapa berat segelas air ini??" para siswa menjawab antara 200-400 gram. mendengar jawaban itu kemudia steven covey berkata "ini bukan masalah berat absolutenya, tapi tergantung berapa lama kita memengangnya. jika saya mengangkat selama 1menit, tidak ada masalah. jika saya mengangkatnya selama 1jam, lengan kanan saya akan sakit. jika saya mengangkatnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus membawa saya ke rumah sakit terdekat" hahahaha...

"Berat sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memengangnya, maka bebanya akan semakin berat. jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. beban itu akan meningkat beratnya. apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi" lanjut steve covey...

Masing-masing orang memiliki kualitas dan kuantitas masalah yang berbeda, berikut bentuk penyikapannya. ada orang mendapatkan masalah ringan, tapi dirasakan begitu pelik dan berat sehingga merasa stres dan sedih berkepanjangan. namun, ada yang sebaliknya, mendapatkan masalah yang begitu berat tapi santai dalam menyikapinya. dia tetap bisa tersenyum bahagia setiap saat. baginya, masalah adalah cara terbaik untuk membuatnya tetap hidup. dan paparan steve covey diatas adalah pentingnya istirahat sejenak dalam menghadapi masalah. dibutuhkan jeda sejenak, mengistirahatkan pikiran dan hati dari berbagai keruwetan masalah.

Fokuslah pada kebahagiaan, yakini juga bahwa apa yang akan kita wujudkan didepan adalah seseuatu yang mungkin dan nikmati semua prosesnya. kehidupan bisa terasa begitu sulit dan juga bisa terasa mudah. perbedaannya pada cara kita melihat apa yang sedang terjadi. jika setiap orang memahami, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses, maka tidak akan kaget apalagi stress jika proses untuk menggapai kebahagiaan itu ternyata panjang, berliku dan penuh rintangan.

Seberat apapun proses yang harus dijalani, jika fokus pada apa yang menjadi target dan keinginan (kebahagiaan), maka berbagai kesulitan yang menghadangjustru semakin menambahnya yakin untuk mengapai kebahagiaan tersebut. proses yang berat pasti akan menghadirkan keletihan fisik dan fikiran. bagi seorang muslim, harusnya tetap membawanya bahagia. karena kita yakin, bahwa setiap jengkal langkah atau setiap tetes peluuh tidak ada yang sia-sia disisiNya. iyaa, kebahagiaan bukan hanya sebuah angan-angan karena sebenarnya kebahagian itu milik kita semua.
Read More

Buka Hati Dan Bersyukurlah


Aku dan masalah hidupku selalu membuatku buta akan nikmat yang diberikan tuhan. bahkan sepertinya aku lupa siapa pemilik jagat raya ini, sepertinya aku juga lupa siapa pencipta alam seisinya ini, sepertinya aku juga lupa bahwa aku diberikan puluhan nikmat setiap harinya. karena masalah-masalah kecil dalam kehidupanku..

Hatiku terlalu sempit saat orang tuaku memarahiku, aku pikir mereka hanya mementingkan egonya tanpa mengerti apa yang aku rasa, hatiku juga terlalu kecil saat tidak bisa mengerti saat mereka melarangku melakukan sesuatu yang aku suka, bahkan aku sering didiamkan dan aku malah senang untuk menjalani kegiatan yang mereka larang sebelumnya. bodohnya aku saat aku baru menyadari "Memarahi bisa berarti menyayangi. Melarang bisa berarti menjaga. Mendiamkan bisa berarti mengingatkan".

Aku mulai paham saat ibu marah, bukan karena ibu itu pemarah. tapi makna dari kemarahan ibu itu adalah "nak, aku sangat menyayangimu. ibu ingin engkau menjadi anak baik-baik". mulai mengerti saat ibu melarangku melakukan sesuatu, karena sebenarnya ibu ingin mengatakan "nak, turuti kemauan ibu. ibu masih ingin menjagamu sampai kau dewasa nanti nak". mulai faham saat ibu mendiamkanku saat aku melanggar apa yang seharusnya tidak aku lakukan. saat ibu diam, ibu sebenarnya ingin mengungkapkan "nak, ibu sayang kamu. jangan kau ulangi kesalahan yang sama ya nak, hati ibu sakit".

Apa yang terjadi bila hati kita tertutup/keras/batu???? kita tidak akan tau kasih sayang orang tua kepada kita, ibu dan ayah itu sama. mereka menginginkan yang terbaik itu datang untuk kita. betapa bodohnya kita jika kita malah melawan apa yang orang tua kita katakan. belajarlah bersyukur atasnya, kita masih diberikan anugerah orang-orang yang sayang banget dengan kita.

Dulu aku hanya bisa berkeluh kesah saat kemarahan orang tua datang, hanya bisa mengerutu saat larangan orang tua dijatuhkan untukku, dan marah besar ketika aku didiamkan oleh mereka. tapi sekarang aku mengerti setelah aku paham itu semua adalah bentuk rasa perhatian dan sayang dari mereka. mataku terbuka untuk bersyukur karena aku diberikan hiasan didunia dengan mereka, orang tua, kakak, adik, dan saudara yang mengasihiku dan menyayangiku dengan tulus. terimakasih tuhan, ini karuniaMu yang sangat besar, aku merasa menjadi orang yang paling beruntung sekarang.

"Dan kenyataannya, hanya sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur" (QS Saba':13)

Rasulullah SAW pernah menasihati sahabatnya, Tsa'labah: "Kenikmatan sedikit yang membuat pemiliknya bersyukur kepada Allah lebih baik daripada kenikmatan yang banyak tetapi tidak membuat pemiliknya bersyukur kepada-Nya"
Read More
 
;