Saturday 21 January 2012

Hidup Yang Tertidur


Untuk dapat menikmati hidup, hal penting yang perlu anda lakukan adalah menjadi sadar. inti kepemimpinan adalah kesadaran, dan inti spiritualitas juga sama yaitu kesadaran. banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan "tertidur". mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak hingga akhirnya meninggal dalam keadaan tertidur.

analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. anda tahu dimana menyimpan uang, juga tahu persis berapa nomor pinnya, andapun menyerahkan uang tersebut kepada orang yang tidak anda kenal. anda tahu, tapi tidak sadar. karena itu, anda bergerak seperti robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang dan harta benda.

pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. anda tahu, bahwa berolah raga penting untuk kesehatan, tapi anda tidak juga melakukannya. anda tahu memperjual belikan jabatan adalah hal salah, tapi anda menikmatinya. anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi anda tak kuat menahan goda (aku banget ini). itulah contoh tahu tapi tidak sadar.

kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. banyak tokoh meninggal begitu saja. mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal saling menuduh, berjuang mencari jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. bayangkan kalo anda sedang menonton bioskop, pertunjukan sedang berlangsung seru tiba-tiba listrik padam. petugas bioskop berkata : "silahkan pulang,pertunjukan sudah selesai". anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. tapi, si petugas hanya berkata tegas "pertunjukan sudah selsai, dan listrik tidak akan pernah hidup kembali"

hidup ini seringkali menipu dan menina-bobok-kan. untuk menjadi bangun kita harus sadar tiga hal,yaitu siapa diri kita, dari mana kita berasal dan kemana kita akan kembali. untuk itu, kita harus sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.

ada sebuah ungkapan menarik dari filosofis perancis, namanya teilhard de chardin, "kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, tapi kita adalah mahkluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi". manusia bukanlah mahkluk bumi, melainkan makhluk langit. kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati bumi. tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. tubuh diperlukan karena sebagai syarat untuk tinggal dibumi. tapi, lama kelamaan tubuh ini akan menurun nilai gunannya dan rusak. pada saat itu jiwa kita akan kembali kepada yang menciptakannya. keadaan ini disebut meninggal dunia, ini bukan berarti mati. yang mati hanya tubuh kita bukan jiwa kita.

coba diresapi dalam-dalam paragraf diatas. badan kita akan mati, tapi jiwa kita akan tetap hidup. kalau anda menyadari hal ini, maka anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. kita memang perlu hidup, perlu makan, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya. bila telah terpenuhi semua kebutuhan tersebut, sudah cukup! buat apa sibuk mengumpulkan kekayaan-apalagi menyalah gunakan jabatan, tapi hasilnya tidak anda nikmati selamanya. apalagi anda telah merusak jiwa anda sendiri dengan berlaku dzalim. padahal, jiwa inilah yang milik kita yang abadi.

lantas apakah kita sendiri yang harus mengalami peristiwa yang pahit itu agar kita sadar??? jawabannya : YA!!!! tapi, jika cara tersebut terlalu mahal, maka cara yang kedua ini bisa anda lakukan. yakni : belajarlah mendengarkan. dengarkan dan belajarlah dari pengalaman orang lain. bukalah mata dan hati anda untuk mengertti, mendengar, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma anda. sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapatan mereka sendiri. bukannya untuk mendapat sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. orang seperti ini berarti masih "tertidur" dan belum sepenuhnya "terbangun". bacalah ini dengan hati yang terbuka, insya allah ada sesuatu yang akan anda rasakan begitu dalam.....
 
;