Monday, 7 November 2011

Cara Mudah Untuk Bersyukur

Alkisah seorang anak muda yang sedang bersedih hati, tengah duduk- duduk di sebuah taman. Dia menempati sebuah bangku yang hanya ada satu bapak tua saja disebelahnya. Anak muda tersebut kemudian mengajak si pak tua bercakap- cakap sambil melepas lelah dan menghangatkan suasana.

Dia kemudian menceritakan tentang begitu banyak penderitaan serta kekurangan dalam hidupnya. Sesekali dia menangis sambil menyeka air matanya. Sungguh sangatlah berat beban di hatinya.

Setelah beberapa saat mereka menghabiskan waktu bersama, anak muda tersebut bertanya kepada bapak tua, " Kau lebih tua dari pada aku, maka berilah aku ilmu tentang pengalaman hidupmu". Si bapak tua hanya tersenyum, lalu dia berkata,

"anak muda, bagaimana pendapatmu, kalau ada seseorang yang kaya, yang bersedia membeli matamu itu harga berapapun yang kau mau? apa kau bersedia? "

" Tidak, aku tidak akan mau, walau berapapun dia membayarku. Bukankah kesehatan itu jauh lebih berharga, pak tua?" Jawabnya tersebut bersemangat.

" Lalu bagaimana kalau dia mengganti pilihannya dengan membeli kedua kakimu? mungkin dengan harga yang lebih mahal lagi misalnya" Lanjut pak tua tersebut.

" Apa gunanya semua uang itu pak tua, kalau aku tidak bisa menikmati dunia ini karena aku cacat?. Aku tidak mau"

" Kalau tanganmu saja?"

"Tidak mau!" jawab si anak muda singkat

"Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau dia membeli hatimu saja?" tanya pak tua sambil tersenyum.

" Pak tua, ada apa denganmu? aku meminta nasehatmu, malah kau menyarankan menjual organ tubuhku. Aku pasti tidak akan mau. Walaupun mereka membelinya dengan harga milyaran sekalipun." jawab orang tersebut dengan sedikit marah.

Si bapak tua tertawa, serta geleng- geleng kepala melihat anak muda yang duduk di sebelahnya .

" Hay anak muda, jika kau sudah beroleh nikmat seharga milyaran dari Allah, lalu atas tujuan apa lagi kau masih mengeluh? dimana rasa malumu pada Tuhanmu?. Kau masih muda, kau masih punya segalanya. Satu hal yang merenggut kesenangan dan kedamaian hidupmu, adalah keluhanmu dan rasa tidak bersyukurmu itu".

"Lalu...?" tanya anak muda tersebut dengan masih terbengong.

" Kesenangan itu tidak hanya sebatas harta dan materi semata. Sadarilah, bahwa keimanan, kesehatan, keluarga, kepandaian, ataupun teman yang baik, dan sebagainya adalah nikmat yang tidak terhingga. Allah memberi semua itu, bahkan saat kita tidak meminta sekalipun. Bukankan Allah itu sangat baik?. Maka syukurilah semua itu. Dan jangan hanya mengeluh".

Mendengar semua wejangan dari si bapak tua tersebut, si anak muda hanya terbengong tanpa bisa berkata apa- apa. Dan belumlah selesai semua itu, sang bapak tua kemudian meninggalkan tempatnya duduk.

Dia berjalan dengan menggunakan tongkat dan hanya memiliki sebelah kaki saja. Dan wajahnya kini terlihat lebih pucat. Anak muda tersebut terperangah melihat keadaannya. Dan sebelum bapak tua itu benar- benar pergi, si anak muda bertanya,

" Kau tampak pucat, apa kau sakit?"

" Sudah 2 tahun ini, bapak sakit liver. Dan sudah sebulan lebih, setiap pagi bapak menghabiskan waktu disini. Bapak tidak marah pada Allah, tapi bapak belajar bersyukur, bahwa sampai saat ini bapak masih diberi nafas, paling tidak untuk bisa tertawa ketika bersamamu tadi." Jawab pak tua dengan senyum.

Dan Beliaupun akhirnya meninggalkan si anak muda yang masih tetap terpaku dengan seribu satu pikiran yang ada di kepalanya.
 
;