Keyakinan akan kehadiran seorang kekasih yang menjadi pendamping tentu disertai dengan keyakinan atas pilihan-Nya. Pilihan-Nya tak akan pernah salah bukan? Banyak wanita yang sudah menjadi seorang istri mengeluh karena Allah Azza Wa Jalla tidak memilihkan orang yang tepat untuknya, hanya karena dia merasa bahwa orang yang Allah pilihkan tidak sesuai dengan harapan.
Inginnya yang romantis dan perhatian, tapi ketika menikah ternyata pasangan kita jarang sekali menunjukkan sisi romantisnya. Sebagai seorang wanita tentu hal semacam ini akan menimbulkan rasa yang luar biasa tidak menyenangkan, karena wanita memang selalu ingin diperhatikan.
Akhirnya tidak bisa dihindari lagi adanya sedikit konflik, pertengkaran, bahkan awalnya pertengkaran kecil bisa berubah menjadi pertengkaran yang besar. Maklum saja, perasaan wanita memang lebih sensitif daripada laki-laki. Kadang wanita lebih memilih diam ketika merasa pasangannya tidak sesuai dengan yang diinginkan, sedangkan laki-laki lebih sering tidak sensitif atau peka dengan perasaan pasangannya.
Konon, ngambek lah yang jadi andalan senjata perempuan kalau pasangannya tidak juga mengerti kemauannya alias cuek. Walaupun tidak semuanya saya rasa, tapi kebanyakan mengandalkan senjata yang satu ini. Yaa…terkadang dengan ngambek, bercucuran air mata, pasangan kita justru akan lebih paham, sehingga kaum hawa sering diidentikkan dengan ngambekan dan air mata.
Sebenarnya banyak dari kita yang sudah paham, bahwa setiap dari kita harus menerima pasangan masing-masing dan tentu saja harus mau hidup dengan hal itu. Bahkan kita terkadang lupa bahwa pernikahan bukan hanya menerima apa yang terlihat tapi harus mau menerima perbedaan, karena pernikahan adalah bertemunya dua pihak dengan latar belakang berbeda yang membuat masing-masing diri kita harus mengerti agar kita mampu mengubah pandangan diri menjadi versi yang disukai pasangan kita.
Buat saya,betapapun cueknya, leceknya suami saya ataupun tukang nangis, ngambekannya, cerewetnya istri saya, dia tetaplah orang yang paling terkasih, tak soal bagaimanapun dia. Dan seharusnya perasaan itu abadi bukan hanya kasih-kasihan ketika di awal pernikahan dan standar di tengah bahkan hancur di akhir. Nggak banget deh!
Saya jadi menyadari bahwa tidak mudah melewati bilangan tahun pernikahan, melihat sepasang suami istri berjalan begandengan tangan meskipun sudah berusia renta membuat saya selalu berpikir, bagaimana mereka masih bisa mesra dengan melewati tahun-tahun yang saya rasa tidaklah mudah dan apakah saya atau kita bisa melewati tahun-tahun pernikahan sama seperti mereka? Tentu saja jawabannya ada pada setiap diri kita, mau dibawa kemana arah pernikahan ini sehingga bisa tercipta suasana MESRA di rumah kita.
Salah satunya dengan menerima ketidak sempurnaan pasangan kita yang justru membuat kita akan tumbuh menjadi pribadi yang merasa bahwa ketidaksempurnaan pasangan kita adalah penyempurna diri kita. Karena jelas diri kita pun tidaklah sempurna, kita punya kekurangan walaupun kita pasti memiliki kelebihan.
Dengan ketidaksempurnaan itulah, kita merubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan mencintai apa yang justru tidak sempurna pada diri pasangan kita. Bukankah ketika kita memutuskan untuk mencintai seseorang artinya kita juga memutuskan untuk menerima apapun kekurangan dari pasangan kita, dan ingat, lakukanlah penerimaan itu jangan hanya dikatakan saja. Di awal pernikahan selalu berkata akan menerima segala kekurangan, namun setelah tahun demi tahun lewat, kata itu hanyalah tinggal kata, yang ada justru membandingkan pasangan kita dengan orang lain. Berbahaya sekali.
Sudah sepatutnya ketika kita memutuskan berkata akan menerima, maka perilaku kita terhadap pasangan kitapun harus memperlihatkan bahwa kita menerima kekurangan pasangan kita. Jadilah pribadi yang benar-benar utuh menerima ketidaksempurnaan pasangan kita menjadi penyempurna diri kita. Karena saya yakin, dibalik pribadi yang berbeda justru ada pribadi yang saling melengkapi.
***
Sayang…
Bukanlah harta atau tahta yang membuatku ada disisimu…
Tapi senyummu padaku di setiap ketidakberdayaanku…
Terimakasih karena membuatku merasa sempurna…
Kasih…
Ijinkan aku mencinta pada ketidaksempurnaanmu..
Karenanya aku merasa diri ini menjadi sempurna…
Terimakasih karena mengajariku merasa sempurna…