Thursday, 22 December 2011

Cinta Kesederhanaan


Aku cinta kesederhanaan, bukan saat seseorang berkata aku sederhana, tapi saat seseorang benar-benar menghargai hidupnya dan menjalani hidupnya dengan penuh rasa syukur. itu yang aku sebut sederhana.

sama ketika aku mencintai seorang gadis yang berpakaian apa adanya, gadis ini bisa dibilang anak orang punya. tapi disetiap kesempatan keluar rumah, dia memilih untuk memakai pakaian yang biasa. tidak lusuh tidak juga mewah, pakaian yang menutupi semua auratnya termasuk bentuk kaki yang biasa terlihat. bisa saja dia membeli gaun megah yang penuh pernak-pernik, tapi itu tidak dia lakukan karena dia menganggap itu hal yang tidak penting. dia pernah berujar "jilbabku tidak perlu dengan gaya, cukup dengan auratku yang selalu tertutup". disitu ada alasan, kenapa aku cinta kesederhanaan.

sama ketika aku mencinta seorang ayah yang sedang berada dalam perjalanan, kemudian berhenti direstoran yang mewah untuk makan, sebelum masuk ayah itu melihat disisi jalan ada seorang pengemis yang pucat pasi, kurus tak terurus, dan lemah lunglai. kemudian ayah itu berkata kepada keluarganya "anak-anak, kita makan diwarung saja yaah??? sisa uangnya bisa untuk berbagi kepada orang-orang yang kurang beruntung seperti pengemis itu". disitu ada alasan, kenapa aku cinta kesederhanaan.

sama ketika aku mencintai seorang kakek yang sudah sangat berumur, kakek ini suatu hari didatangi oleh orang tua yang tidak bisa menyekolahkan anaknya, yang berharap bantuan untuk pembiayaan pendidikan. kemudia kakek itu berkata "umur kakek tidak lama lagi, akan kakek usahakan membiayai pendidikanmu sampai lulus nak, kakek ingin mendapat bekal yang besar diakherat kelak". disitu ada alasan, kenapa aku cinta kesederhanaan.

dan sama ketika aku membaca sebuah cerita dari hadist :
Suatu hari Umar bin Khathab RA berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Kala itu Umar mendapati Nabi sedang berbaring di tikar yang sangat kasar. Saking kasarnya alas tidur Nabi itu, anyaman tikarnya membekas di pipi beliau. Tidak semua tubuh beliau beralas tikar. Sebagian tubuhnya beralas tanah. Bantal yang beliau gunakan pun pelepah kurma yang keras.

Melihat pemandangan itu Umar langsung menangis. "Mengapa Anda menangis?" tanya Rasulullah. "Bagaimana saya tidak menangis? Alas tidur itu telah menorehkan bekas di pipi Anda. Anda ini Nabi sekaligus kekasih Allah. Mengapa kekayaan Anda hanya seperti yang saya lihat sekarang ini? Apa Anda tidak melihat bagaimana Kisra (Raja Persia) dan Kaisar (Raja Romawi) duduk di atas singgasana emas dan berbantalkan sutra terindah?" jawab Umar yang sekaligus balik bertanya.

Apa jawab Nabi? "Mereka ingin menghabiskan kenikmatan dan kesenangan sekarang ini. Padahal, kenikmatan dan kesenangan itu cepat berakhir. Berbeda dengan kita. Kita lebih senang mendapat kenikmatan dan kesenangan itu untuk hari nanti".

Iya, kesederhanaan bukan atas apa yang kita bicarakan. "aku orang sederhana" ucapan itu tidak ada artinya sama sekali tanpa adanya konsekuensi pada perbuatan, perlakuann dan sikap kita. orang lain yang menilai apakah kita sederhana atau tidak, orang lain yang melihat apakah kita sederhana atau tidak, orang lain yang merasakan apakah kita sederhana atau tidak. dan kita hanya bisa berusaha untuk mendapatkan gelar sederhana :)
 
;