Monday, 2 January 2012

Topeng Itu Bernama Kemunafikan


jika berkata bohong, jika dipercaya mengkhianati, jika berjanji tidak ditepati. rasanya, tiga ciri kemunafikan itu sudah kita hafal sejak kita duduk dibangku sekolah dasar. tapi, sejatinya implikasi kemunafikan tersebut bisa mengerogoti jiwa raga kita tanpa kita pernah menyadarinya. sebuah pertanyaan besar tentang apakah kita telah yakin, bahwa kita bukan golongan orang-orang munafik dengan berbagai implikasi, ataukah kita tanpa sadari telah menjadi bagian dari golongan tersebut????

ragam ilustrasi nyata tentang kehidupan para sahabat hasil tarbiyah nabi terbukti telah menghasilkan manusia-manusia terbaik dalam sejaran dunia. misalnya, seorang bilal bin rabah saja malu "duluan" untuk berbuat menyeleweng dari tuntunan rasulullah. karena bilal begitu tersanjung dengan pujian rasulullah, bahwa sandal bilal sudah tercium bau syurga. itu baru sandalnya, bagaimana dengan akhlaknya???

namun, ditengah-tengah generasi terbaik tersebut, ada saja orang-orang yang bermuka manis didepan, tapi menusuk dibelakang. itulah orang-orang munafik, yang pada masa rasulullah mengaku beriman, tapi dibelakang bersekongkol untuk menghancurkan islam. sudah pasti, that the most dangerous man in the world.

Quran surat Al-hadid ayat 13-14 telah menggambarkan bagaimana kondisi akhir orang-orang munafik ditengah orang-orang beriman. ketika kaum mukmin diliputi cahaya rahmat dari allah, kaum munafik tersebut justru berada dalam kegelapan yang mereka sangat ingin meminta sepercik saja cahaya orang-orang mukmin. dan ketika kaum munafik memprotes mengapa mereka harus terpisah dengan kaum mukmin. padahal dulunya mereka dalam kebersamaan?? kaum mukmin pun menjawab "benar, tapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan kamu hanya menunggu, meragukan (janji allah) dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan allah..."

saat kira merasa hasil kerja keras kita uang atau jabatan, atau apa saja, membuat kita berhak memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendiri, maka hati-hatilah karena barang kali kita sudah jadi mencelakakan diri sendiri. makan enak, plesir kesana-kesini, berbaju fashionable dan mengikuti trend. bersepatu berjilbab, ber gaun, serba matching sah-sah saja. karena semua itu berasal dari hasil kerja kita. tapi, tidakkah kita juga ingat untuk menyedekahkan, setidaknya 2,5% daripendapatan kita??

meninggalkan ketaatan yang sudah biasa kita lakukan, misal shalat tahajud, tilawah, atau puasa sunah,dengan alasan berbagai kesibukan dan amanah yang bertambah, maka berhati-hatilah. boleh jadi itu juga sudah mencelakakan dari kita sendiri. saat menunggu umur kita tua untuk lebih banyak beramal, maka hati-hatilah jika kita telah menjadi orang munafik. atau saat kita begitu berorientasi pada hasil, apakah dengan rajin sholat, sedekah, puasa, atau mengaji, maka allah akan menjadikan kita kaya, pintar, sehat, dan terbebas dari musibah. jika demikian halnya, maka ibadah kita bukan sebagai ketaatan tanpa syarat pada allah, tapi kegiatan yang seharusnya menghasilkan!!!!! maka orang munafik pun menunggu kehancuran dirinya sendiri, tanpa dia sadari, sembari dia melihat kehancuran orang-orang mukmin.

demikian pula,manakalakita termasuk orang-orang yang ragu dengan janji allah, maka berhati-hatilah jika alquran menggolongkkan kita sebagai kaum munafik. sampai pada kesimpulannya, bahwa orang-orang munafik mencerminkan ketertipuan mereka terhadap angan-angan kosong yang mereka yakini adanya. tidakkah ini saatnya bagi kita untuk melepas "topeng-topeng" itu untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya??? makhluk allah yang hanya pantas dihargai karena ketakwaannya??? allahu a'lam bish showab :)
 
;