Sunday, 31 July 2011

Siapa Diri Kita


Buah jatuh tak jauh dari pohonnya , sesuatu yang pasti, yang tidak pasti adalah buah yang dihasilkan oleh pohon tersebut tak selalu segar. Kadang ada yang busuk bukan???? Bukankah hidup mengajarkan kita tentang banyak kemungkinan???? Jika semua orang berfikiran “aku akan menjadi seperti apa adanya orangtuaku”. Enaaak sekali, yang orang tuanya kyai akan jadi kyai, yang orang tuanya ustad akan jadi ustad, yang orang tuanya kaya langsung ikut kaya, yang orang tuanya maling akan jadi maling, yang orang tuanya perampok akan jadi perampok, yang orang tuanya miskin langsung miskin. iya, ini hanyalah pemikiran konyol.

Bukan kah kita berasal dari satu gen nabi??? Yaitu nabi adam AS. Lantas klo buah jatuh tak jauh dari pohonya mengapa anak nabi adam ada yang menjadi pembunuh??? (ingat peristiwa qobil membunuh habil???). kemudian lagi, gen nabi Nuh AS. Ingat ka’nan???? Anak nabi Nuh yang sombong dan tidak percaya kepada ayahnya???? Yang tewas ditenggelamkan oleh air bah.

Saat allah ingin memberi hidayah kepada manusia, allah tidak pernah melihat siapa ibunya siapa bapaknya. Tapi allah melihat sekuat apa tekatnya untuk mendapatkan hidayah. dan tentu saja kemurahan dari allah...

bukankah sekarang mungkin ada anak ustad/kyai yang suka mabuk??? Ada anak mubalig yang suka berjudi??? Ada anak ustad yang suka berzina???? Hidup itu penuh kemungkinan bukan??? Bukankah ada anak pengemis yang menjadi ustad??? Bahkan perawi hadis imam bukhari adalah keturunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Siapa yang bisa mengira??? Seorang imam hadis besar ini tidak punya silsilah spesial dalam hidupnya. siapa yang tak kenal umar bin khatab??? dia bukan siapa-siapa, dia hanya penjahat kelas atas yang kesehariannya dipenuhi kemaksiatan dan kedzaliman sebelum rasulullah berdoa agar dibukakan pintu hatinya...

Ingatlah, kita sendiri yang bertangung jawab atas apa yang kita lakukan. bukan ibu kita, bukan ayah kita. kita sendiri juga yang berusaha dalam kebaikan untuk kebaikan kita, bukan ibu kita, bukan ayah kita. kita sendiri juga yang akan menentukan arah hidup kita, bukan ibu kita, bukan ayah kita.

Jadi jangan pernah banggakan nasab anda, kita semua sama kecuali amal dan perbuatan kita yang membedakan derajat kita dihadapan allah. Anak nabi saja bisa ingkar apalagi kita anak manusia biasa.

Ya Allah..
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra
Aku hanyalah debu tak terlihat Yang engkau ciptakan di bumi-MU
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapan-MU
Hingga kadang lalai akan larangan-larangan-MU.
Maka ampunilah segala dosa hambaMu.
 
;